Setelah lama mengenal Dewi Lestari sebagai seorang penyanyi, saya kemudian menjadikan "Dee" figur seorang penulis inspiratif. Lalu memutuskan membeli RectoVerso di 2009. Hibrida antara fiksi dan musik membuat saya merasa ada keanehan yang mesti di ungkap. Ada apa sebenarnya dengan karya yang satu ini. Buku ini berhasil menghipnotis saya dalam artian membawa saya termangu dalam setiap kisahnya. Dee seolah membuat tidak ada jarak antara dirinya dengan pembaca. Komposisi 11:11, sebelas kisah sebelas lagu yang ringan mampu membawa pembaca kepada ruang paling gelap dan sempit. Mencukupkan pada satu makna penting. Cinta tak harus memiliki.
RectoVerso membuat pembaca bercermin pada diri sendiri. Memaknai setiap kutipan Dee dan mengangguk penuh arti. Seperti pada beberapa kisah berikut:
Malaikat Juga Tahu
"Lelahmu jadi lelahku juga, Bahagiamu bahagiaku pasti. Berbagi takdir kita selalu, kecuali tiap jatuh hati"
Menurut saya ini merupakan kisah pamungkas. Dimana pemaknaan cinta yang sebenarnya tidak hanya tersaji dari fisik namun kesesuaian batin. Kisah yang juga paling menyentuh dalam tampilan video-klipnya. Kita tidak akan menemukan celah untuk tidak berkata tidak pada sebuah ketulusan.
Selamat Ulang Tahun
"Tahanlah wahai waktu ada selamat ulang tahun yang harus tiba tepat waktunya untuk dia yang terjaga menantiku"
Saya selalu bersemangat merayakan momen ini, untuk diri sendiri ataupun untuk kerabat. Kado, Tiupan lilin lalu kemudian Tiga kata yang biasa namun mengandung makna penting bagi penerima. Entah sebagai wujud perhatian ataukah makna lainnya tapi terasa begitu sempurna saat tersampaikan. Dan ketika pengirim mengetahui keberhasilannya, rasa syukur juga kemudian membuncah. Bahagia itu sederhana.
Dalam bait lagu Grew A Day Older,
"If everything has been written down so why worry??"
Kita bertemu dengan orang baru. Lalu kemudian hati ini akan menimbang, menaksir kemungkinan yang terjadi. Tapi siapa yang akan tahu akhirnya, bakal jadi teman, pacar, sahabat, atau kekasih sehidup semati? Yang jelas waktu berjalan dan kita terus hidup dari hari ke hari. Ketidakpastiaan adalah memang satu-satunya hal yang pasti.
Pada kisah Peluk
"Mengapa kita mengenal konsep berpisah dan bersua. Terkadang kita memang harus berpisah dengan diri sendiri: dengan proyeksi. Diri yang telah menjelma menjadi seorang manusia yang kita cintai"
Setiap dari kita menyukai perjumpaan dan hampir benar tidak menikmati perpisahan. Tapi sungguhlah karena cinta kita menjadi begitu yakin akan keabadian. Padahal kekekalan abadi hanyalah mati. Hanya butuh waktu dan kesabaran untuk menyadarinya. Teguklah obat yang pahit itu untuk sebuah kesembuhan.
Selain itu kisah Aku Ada,
"Tiada yang lebih indah, tiada yang lebih rindu selain hatiku, andai Engkau tahu"
Sesaat ketika kematian memisahkan kita dengan yang terkasih. Perpisahan, meskipun telah berkata mengikhlaskan tapi hati tetap tidak sanggup menerima. Namun apakah seseorang yang meninggalkan kita benar-benar pergi. Dalam momen tertentu, ia bahkan seolah menjawab panggilan kita. Dua batasan dunia hanya bisa di kunjungi dengan sebuah doa. Tulus. Tersampaikan.
Hanya Isyarat
"Seseorang yang tidak bisa kumiliki keutuhannya. Yang hanya bisa ku kirimi isyarat sehalus udara, langit awan dan hujan"
Kadang cinta datang seperti turis, menghampirimu, hanya lewat di hadapanmu, atau singgah sejenak lalu kembali meneruskan perjalanannya. Menghilang. Akan tetapi bagaimanapun caranya hadir cinta selalu memberikan bingkisan, kesyukuran akan berkah memiliki sebuah hati.
Kemudian satu yang paling menyentuh adalah Curhat Buat Sahabat,
"Dan kini sampailah aku disini, yang cuma ingin diam duduk di tempatku menanti seorang yang biasa saja, segelas air di tangannya kala ku terbaring sakit. Yang sudi dekat mendekap tanganku mencari teduhnya dalam mataku dan berbisik, pandang aku, kau tak sendiri oh Dewiku. Demi Tuhan, hanya itu saja kuinginkan. Jangan bilang lagi itu terlalu tinggi" Tidak berlebihan mungkin jika kemudian kita mengatakan bahwa sahabat terbaik adalah kekasih terbaik. Karena ketika pacar atau pasangan datang dengan banyak aturan, maka seorang sahabat akan menerima kita apa adanya. Dengan sahabat kita tidak perlu menjadi orang lain dan akan sangat beruntung jika kita mampu menemukan seorang yang bisa kita cintai sebagai kekasih dan mengakrabi seperti seorang sahabat. Namun lebih melegakan jika kita mampu menjadi sahabat sejati bagi siapapun yang mencintai kita. Pleasing everyone is not easy but, it's a privilage.
Sampai setelah saya menyelesaikan RectoVerso dan membaca karya Dee lainnya, saya tidak tahu akan berkesempatan menikmatinya lagi dalam sebuah pertunjukan film. Saya memang sedikit menyayangkan sutradara-sutradara cantik itu hanya mengangkat 5 dari 11 kisah dalam RectoVerso. Namun setelah berhasil menonton film antologi Indonesia ini. Para sutradara cantik yang umumnya dikenal sebagai aktris mampu menyajikan secara apik Kisah Malaikat Juga Tahu, Firasat, Cicak di Dinding, Curhat Buat Sahabat &Hanya Isyarat menjadi garis besar yang sepertinya paling mewakili setiap perasaan. So lovely.
Sutradara - Marcella Zalianty
Penulis Skenario - Ve Handojo
Sutradara - Cathy Sharon
Penulish Skenario - Ve Handojo
Sutradara - Rachel Maryam
Penulis Skenario - Indra Herlambang
Senja bergabung dalam Klub Firasat. Ia bergabung dalam klub itu karena ia selalu merasakan firasat setiap akan ditinggal oleh orang terdekatnya. Seperti saat Ayah dan Adiknya yang meninggal dunia dalam kecelakaan. Alasan lain kemudian muncul ketika ia bertemu dengan Panca dalam klub itu. Ia jatuh cinta, namun, kini Senja kembali berfirasat sesorang akan pergi meninggalkannya.
Curhat buat Sahabat
Sutradara - Olga Lidya
Penulis Skenario - Ilya Swigma dan Priesnanda Dwi Satra
Hanya Isyarat
Sutradara - Happy Salma
Penulis Skenario - Key Mangunsong
Dunia ini nyatanya memang memiliki dua sisi. Selalu. Dengannya kita bisa menjadi egois dengan jiwa pemilih kita namun pada saat bersamaan juga selalu diberi kesempatan. Bukankah sangat beruntung. Karena tentunya jika pilihan itu tidak ada maka kita hanya bersikap biasa saja dan yang bermakna akan pupus. Meski saya percaya tidak ada satupun di hidup ini yang sia-sia. But, how will it be? Sometimes we just can see....