because life is a miracle

because life is a miracle

Rabu, 28 September 2011

jongmal....

beberapa hari yang lalu alika bilang kalo hatinya sedang dilanda badai, sempat ku ajak dia bercanda karena di manila juga badai, tapi aku tidak tahu kenapa tapi tiba-tiba saja dia menelpon dan berteriak2 seolah2 akulah penyebabnya. sayangnya pembicaraan itu hanya berlangsung kurang dari 40menit, jadi belum sempat aku bertanya banyak, telpon sudah ditutupnya terlebih dahulu. aish ini ada apa, masih pagi juga. gumamku sambil dahi berkerut. dan sore kemarin giliran pacarnya yang menelponku. ku kira dia menelpon untuk mengkonfirmasi keadaan alika, tau2 malah semakin rumit. ada apa sehingga alika tidak ingin bertemu dengan pacar kesayangannya itu. setahuku dia hanya bertindak seperti ini jika hatinya benar2 sudah tidak mampu bertahan. aku dana alika memang seperti saudara kini, diawali dari sebuah pertemuan wadah penulisan kisah anak muda jaman sekarang. keakraban di dunia maya kemudian menjadi nyata. aku sebagai penulis dan dia penyuntingnya. itu sudah berlangsung sejak 4tahun yang lalu. jadi bisa dibilang kami memang dekat. dan aku tahu, dalam situasi alika yang seperti ini semestinya aku berada didekatnya, meski hanya bertanya basa-basi tapi aku seharusnya ada. tapi yang terjadi sampai hari ini aku belum juga menemuinya. pesan lewat layanan messanger juga singkat padat. mungkin dia kecewa. yah kurasa seperti itu. terkadang aku menyadari bahwa aku bukan sahabat yang baik2 amat. pagi ini kuputuskan menelpon dia selepas sholat subuh. dari suaranya terdengar bahwa dia begitu tidak bersemangat. tapi bukan itu yang ku tanyakan. setelah 1jam berlalu basa-basiku tanpa ku tanya dia mulai bercerita tentang kekalutannya, kesedihannya akan hidup yang terasa sering tidak adil. seperti biasa aku selalu mencoba menjadi pendegar yang baik untuknya. baru setelah ia berkata, "menurutmu bagaimana?" pertanyaan mutakhir disetiap akhir pembicaraan itu, lalu aku baru mulai mengigatkan dia bahwa rasa-rasanya dunia tidak seperti yang dia bayangkan. mungkin karena terlalu sibuk mengejar ambisi dari pengharapan akan sebuah kesuksesan dari cita-cita maka untuk setiap hal yang dirasa tidak sync dianggap tidak pantas lagi, padahal seandainya dia bisa menggeser sedikit saja sudut pandangnya mungkin akan jauh lebih baik jadinya. meski aku tahu alika bukan tipikal orang yang suka menelan mentah2 cuap-cuap dari mulut orang lain bahkan jika itu dari orang tua dan sahabatnya sendiri namun aku mencoba serius memberitahunya. ku harap dia tidak menutup telinga saat itu. sebelum berangkat kantor, ku terima message darinya, "aku cuma butuh telinga nhad! aku tidak butuh kecaman ini itu!" alika memang tidak berkata banyak setelah ceritaku yang panjang untuknya pagi ini. setelah berterimaksih, dia memintaku menutup telpon. ku tahu ini satu dari sekian banyak momen yang benar2 membuatnya sedih, tapi tidak ku tunjukkan empatiku padanya. ku tahu mengajaknya meraba kembali luka hanya akan menambah2 kegalauannya. karena jika seandainya dia tidak kuat lalu bagaimana mungkin aku kuat melihatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar