because life is a miracle

because life is a miracle

Kamis, 05 Agustus 2010

pergilah kau setan

Kau tidak akan pernah menyangka ada dunia seaneh dunianya. aku pun begitu.Dimana tiap harinya dipenuhi rasa was was dan tidak percaya. Dan yah benar ada setelah kulihat sendiri. Aku sampai geleng-geleng melihatnya. Yah disisi lain juga ikut mengutuk orang tolol yang membuat dunianya menjadi tidak normal.

Seperti pagi biasanya ato(dia cocok dg nama itu) akan memulai harinya dengan membersihkan kamarnya. Merapikan meja belajarnya, membuat sedikit sarapan pagi dikamarnya, lalu membaca buku-buku lama ditumpukan lemari ibunya. Oh ya, aku lupa menceritakan kalau keanehan itu membuatnya hanya nyaman hidup dikamarnya saja. Tapi kenyamanan itu hanya sampai pada malam itu saja.

Ato baru pulang kerja malam itu (jangan membayangkan pekerjaanny seperti yang ada di film televisimu) yah, layaknya seseorang yang diserang kelelahan, sesampai dikamarnya ia pun segera mengganti pakaiannya sekenanya. Tapi apa yang kemudian ia sadari bahwa ada yang sedang menguntitnya dilorong sebelah.
Rumah ato brada di gang sempit yang lumyan jarang dikunjungi tetangga. Membuat setiap orang yang kesana merasa pengap dan ingin cepat beranja alias cpt pulang. Dan bersambung dengan adegan aneh malam itu, ato bercerita bahwa ia merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak tepat disebelah lorongnya.

Itu bukan sekedar perasaan saja, karena hampir semua sahabatnya tahu bahwa pendengar ato selalu bisa diandalkan. Dan suara aneh dan pergrakan aneh malam itu benar bukanlah sekedar perasaan was-was, pun tidak terjadi sekali itu saja, tapi semakin sering. Kegundahan kegalauannya membuatnya serasa orang idiot yang tidak mampu melakukan apa-apa. Ato semakin tak tahan dengan kehidupannya (dunia yang cuma berputar dalam ruang kecil).

....
Sering kali kita dalam dunia kita tntu juga pernah merasakan was-was rasa cemas yang berlebihan. Mungkin terhadap pencapaian pekerjaan ataupun mengenai kehidupan pribadi kita. Kalau menurutku itu adalah rasa was-was yang wajar sajah. Akan tetapi cerita ato memiliki makna yang berbeda, ia menhadapi rasa cemas dengan sesuai yang tidak jelas akan tetapi secara tidak langsung mampu menyakitinya. Yang was-was jadi rasa takut yang bisa saja menjadi stres jangka panjang lalu berakhir dengan trauma. Sungguh amat sangat tidak sehat.

Kecemasanku mengenai kisah ato kurang lebih sama dengan penjelasan di artikel Redi Mulyadi. Menjelaskan bahwa rasa cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respons yang demikian, penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat.

Adapun faktor-faktor timbulnya rasa cemas:
1. Keadaan biologis
2. kemampuan beradaptasi/mempertahankan diri terhadap lingkungan yang diperoleh dari perkembangan dan pengalamannya
3. adaptasi terhadap rangsangan, situasi atau stressor yang dihadapi

rasa cemas yang berlebihan kemudian bisa menimbulkan nerbagai macam penyakit yang ternyata sering kali tidak kita sadari. Pun saya sendiri begitu setelah membaca artikel ini. Penderita ada yang mengeluh menjadi sering kencing atau malah sulit kencing, mulas, mencret, kembung, perih di lambung, keringat dingin, berdebar-debar, darah tinggi, sakit kepala dan sesak napas. Pada sistem alat gerak dapat timbul kejang-kejang, nyeri oto, keluhan seperti rematik dan lainnya. Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan kepanikan. Pada orang-orang sibuk, eksekutif yang selalu mendambakan vitalitas dan kebetulan kena anxietas tetapi dia menyadari adanya gejala berupa darah tinggi atau berdebar-debar seperti mau serangan jantung, misalnya akan menimbulkan rasa takut yang berlebihan sehingga dapat menjadi stressor baru yang lebih besar.

semoga saja setiap masalah yang berwujud kecemasan rasa takut mampu kita hadapi dengan perasaan lapang dan pikiran yang tidak semrawut. sehingga kita tidak perlu berkunjung ke psikiater ataupun dokter ahli kejiwaan. mari selamatkan dunia kita. kehidupan kita. *nyambung kan*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar